Pengantar: Kesehatan Masyarakat Dimulai dari Lingkungan
Kesehatan bukan hanya urusan rumah sakit, obat-obatan, atau dokter. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menekankan pentingnya ruang terbuka hijau (RTH) sebagai salah satu instrumen vital dalam menjaga dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurutnya, membangun ruang terbuka untuk aktivitas fisik warga jauh lebih murah daripada membiayai pengobatan penyakit.
Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Sejumlah penelitian dan pengalaman kota-kota besar di dunia membuktikan bahwa ruang terbuka yang memadai dapat menjadi solusi murah dan efektif untuk mencegah penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, hipertensi, hingga gangguan mental.

Ruang Terbuka Hijau: Investasi Kesehatan yang Terabaikan
Apa Itu Ruang Terbuka Hijau?
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang diperuntukkan bagi pelestarian lingkungan dan ruang interaksi sosial masyarakat. RTH bisa berupa taman kota, lapangan olahraga terbuka, jalur hijau, atau ruang publik lainnya yang memiliki unsur vegetasi atau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas fisik.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pemerintah daerah diwajibkan menyediakan setidaknya 30% dari total wilayah sebagai RTH, baik publik maupun privat. Sayangnya, realisasi angka ini masih jauh dari harapan di banyak kota besar di Indonesia.
Manfaat Ruang Terbuka untuk Kesehatan
Keberadaan ruang terbuka tidak hanya memperindah kota, tetapi memberikan banyak manfaat kesehatan:
- Fisik: Warga terdorong untuk berolahraga, berjalan kaki, atau bersepeda.
- Mental: Lingkungan hijau membantu mengurangi stres, depresi, dan kecemasan.
- Sosial: Ruang publik menjadi wadah interaksi sosial yang sehat antarwarga.
- Lingkungan: Pepohonan dan tanaman menyerap polusi, menghasilkan oksigen, dan mengurangi efek rumah kaca.
Mendagri menekankan bahwa dengan memberikan akses ke ruang terbuka, pemerintah bisa mendorong pola hidup sehat di tengah masyarakat. “Lebih murah bangun taman daripada bangun rumah sakit,” ujarnya.

Perspektif Mendagri: Lebih Murah Cegah daripada Mengobati
Paradigma Pembangunan Kesehatan yang Preventif
Selama ini, fokus pembangunan kesehatan di Indonesia masih bersifat kuratif—berorientasi pada pengobatan. Anggaran besar digelontorkan untuk pembelian obat, pembangunan rumah sakit, dan penyediaan layanan medis. Padahal, pendekatan preventif dan promotif seperti penyediaan ruang terbuka bisa menekan beban biaya jangka panjang.
Menurut Mendagri, pemerintah daerah perlu mengubah paradigma pembangunan. “Kalau kita bisa membuat masyarakat sehat dengan cara murah, kenapa harus menunggu mereka sakit dulu?” ujarnya dalam salah satu forum pemerintahan daerah.
Efisiensi Anggaran Daerah
Biaya membangun taman kota dan ruang hijau jauh lebih rendah daripada biaya operasional rumah sakit. Satu ruang terbuka dapat melayani ribuan warga sekaligus, sedangkan rumah sakit hanya mampu melayani pasien yang sudah sakit, dengan biaya perawatan yang mahal dan kapasitas terbatas.
Dalam perhitungan kasar, satu taman kota dengan luas satu hektare bisa dibangun dengan anggaran di bawah Rp5 miliar, tergantung desain dan fasilitas. Sebagai perbandingan, pembangunan satu rumah sakit tipe C bisa menelan biaya lebih dari Rp100 miliar.

Studi Kasus: Kota-Kota yang Sukses dengan Ruang Terbuka
Surabaya: Kota Taman yang Inspiratif
Surabaya menjadi contoh sukses bagaimana ruang terbuka dapat meningkatkan kualitas hidup warga. Di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini, Surabaya mengalami transformasi signifikan dalam penataan ruang hijau. Lebih dari 50 taman kota dibangun dan dirawat secara aktif.
Hasilnya? Tingkat kebahagiaan warga meningkat, kualitas udara membaik, dan partisipasi warga dalam menjaga lingkungan tumbuh. Pemerintah kota bahkan melaporkan penurunan kasus penyakit akibat polusi udara dan kurangnya aktivitas fisik.
Bandung: Ruang Publik yang Ramah Anak dan Keluarga
Bandung juga dikenal dengan inovasi ruang terbukanya, seperti Taman Lansia, Taman Film, hingga Taman Superhero. Setiap taman dirancang dengan tema tertentu untuk menarik minat masyarakat dari berbagai usia.
Efek positifnya terlihat dalam meningkatnya aktivitas keluarga di akhir pekan, pengurangan stres warga, serta tingginya minat anak muda terhadap kegiatan di luar ruangan.
Bogor dan Taman Kota Hijau
Bogor, dengan reputasinya sebagai kota hujan, memanfaatkan iklimnya untuk membangun ruang hijau produktif. Kebun Raya Bogor menjadi magnet utama, diikuti dengan taman-taman kota yang tersebar. Pemerintah kota bahkan mengintegrasikan jalur sepeda dan jogging track sebagai bagian dari sistem transportasi ramah lingkungan.
Tantangan dalam Penyediaan Ruang Terbuka
Keterbatasan Lahan
Salah satu tantangan utama dalam pembangunan ruang terbuka adalah ketersediaan lahan, terutama di kota-kota besar yang sudah padat. Lahan kosong kian langka dan harga tanah melonjak tinggi. Hal ini membuat pemkot kesulitan mencari lokasi strategis untuk dijadikan taman atau jalur hijau.
Solusi atas masalah ini adalah memanfaatkan ruang vertikal seperti taman gantung atau taman atap (rooftop garden), serta melakukan reboisasi dan revitalisasi ruang publik yang tidak terpakai.
Kurangnya Prioritas Anggaran
Masih banyak pemerintah daerah yang tidak menempatkan ruang terbuka sebagai prioritas pembangunan. Anggaran lebih difokuskan pada infrastruktur besar, seperti jalan dan bangunan, padahal ruang hijau memberikan efek jangka panjang bagi kesehatan dan kebahagiaan warga.
Mendagri mengingatkan bahwa pembangunan yang berorientasi manusia—termasuk kesehatan dan kebahagiaan warga—harus mendapat porsi yang adil dalam alokasi anggaran daerah.
Perawatan dan Keamanan
Taman kota yang sudah dibangun sering kali tidak terawat dengan baik atau menjadi tempat aktivitas negatif jika tidak dikelola. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat penting dalam menjaga ruang terbuka. Pemerintah daerah juga perlu memastikan keamanan dan kebersihan area publik agar tetap nyaman digunakan.
Strategi Memperluas Ruang Terbuka di Daerah
Kolaborasi Antar-Instansi
Pembangunan RTH membutuhkan sinergi antara berbagai sektor: dinas lingkungan hidup, kesehatan, perhubungan, pendidikan, dan lainnya. Kolaborasi ini memungkinkan ruang terbuka digunakan secara multifungsi—sebagai tempat belajar, berolahraga, transportasi nonmotor, dan sebagainya.
Keterlibatan Masyarakat
Pelibatan komunitas lokal, seperti kelompok tani kota, komunitas pejalan kaki, hingga sekolah, dapat meningkatkan kepemilikan warga terhadap ruang terbuka. Partisipasi warga juga membantu menjaga keberlanjutan taman kota, mulai dari pemeliharaan, pengawasan, hingga program kegiatan.
Inovasi dalam Desain
Ruang terbuka tidak harus luas. Dengan desain yang efisien, ruang sempit pun bisa dimanfaatkan. Contohnya:
- Pocket park (taman mungil di antara bangunan)
- Jalur hijau di sepanjang trotoar
- Taman komunitas di atas lahan kosong sementara
- Integrasi RTH dalam kawasan perumahan dan perkantoran
Kesimpulan: Langkah Bijak Menuju Kota Sehat
Pernyataan Mendagri tentang pentingnya memperbanyak ruang terbuka bukan sekadar himbauan kosong. Ini adalah seruan strategis untuk mengubah arah pembangunan kota agar lebih manusiawi, berkelanjutan, dan sehat. Ruang terbuka bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga “obat” preventif bagi penyakit-penyakit zaman modern.
Investasi dalam taman kota, jalur hijau, dan ruang publik lainnya akan membuahkan hasil besar: masyarakat yang lebih sehat, lingkungan yang lebih segar, dan beban kesehatan nasional yang lebih ringan. Saatnya pemerintah daerah berpikir panjang dan bertindak nyata. Karena, seperti kata Mendagri: “Mencegah jauh lebih murah daripada mengobati.”